Kecocokan Tanaman
1 October 2021Jelum Mempan
28 October 2021Ilmuwan terkemuka yang terkenal dengan teori evolusinya, Charles Darwin, ternyata memiliki minat yang luar biasa pada tanah. Menjelang akhir hayatnya Darwin menerbitkan buku berjudul ‘The Formation of Vegetable Mould Through the Action of Worms, with Observations on Their Habits’ pada 1881. Buku itu menceritakan peran penting cacing tanah yang membolak-balikan tanah secara alami.
Konon buku Darwin tentang cacing tanah itu terjual lebih banyak dari bukunya tentang evolusi. Darwin sempat diolok-olok rekannya karena mengamati cacing tanah. Binatang melata itu dianggap masyarakat zaman itu sebuah hal yang sepele dan remeh temeh. Cacing tanah juga dianggap hama.
Bagi rekan-rekannya, kegeniusan Darwin terlalu besar hanya untuk mengamati cacing.Namun, Darwin bersikukuh menerbitkan buku itu. Ia mengaku telah mengamati cacing tanah selama 40 tahun sejak dirinya masih sangat belia. Darwin mengamati cacing tanah berdasarkan eksperimennya di kebun di Down House ketika masih belia.
Ketika itu Darwin muda merasa langkah kakinya di atas tanah kebun menyebabkan suara ‘krek’ karena banyak pecahan kapur di permukaan tanah. Namun, tiga puluh tahun kemudian saat Darwin tua melangkah di atas tanah yang sama suara itu hilang. Pecahan kapur juga menghilang walaupun di permukaan tanah tidak ada aktivitas apapun.
Darwin lalu menggali serta menemukan lapisan kapur terkubur. Ia berada beberapa inchi di bawah lapisan permukaan tanah. Ia berhipotesa cacing tanah berperan besar membolak-balikan tanah tersebut. Ia semakin yakin ketika menemukan tanah di tempat lain—yang di atas permukaannya terserak abu bekas bakaran, arang, bahkan kerikil—ternyata bertahun-tahun kemudian bahan-bahan tersebut hilang dari permukaan.
Bahan-bahan itu ternyata masih ada ketika digali beberapa inchi di bawah permukaan tanah. Berikutnya Darwin mengamati perilaku cacing dengan membawa mereka ke pot. Ia menemukan cacing mengunyah dan mengeluarkannya kembali bahan-bahan yang berada di permukaan dan di dalam tanah. Ia juga mengamati tanah yang banyak cacingnya cenderung lebih subur yang ditandai dengan banyaknya vegetasi yang tumbuh di atasnya. Tanah yang lebih banyak cacingnya juga lebih halus serta bebas kerikil.
Sebaliknya, pada tanah berkerikil lama-lama hilang dari permukaan tanah berganti tanah yang lebih halus serta kemudian banyak tumbuh vegetasi alami. Sebagian kerikil ternyata terkubur tanah di permukaan. Darwin lantas menyimpulkan cacing tanah bermanfaat membalik tanah, menggalinya sambil mengunyahnya dan mengeluarkannya, sehingga membuatnya lebih subur.
Darwin juga secara tersirat menyampaikan pada masyarakat di zaman itu bahwa tanah pun berevolusi seperti mahluk hidup. Kelak, menurut Miroslav Kutílek dan Donald R. Nielsen di bukunya ‘The Skin of the Planet Earth’, aplikasi teori evolusi pada tanah oleh Darwin digambarkan lebih jelas dan komplit oleh V. V. Dokuchaev. *
Oleh : Destika Cahyana