Tanah Pengawet Kayu
29 September 2021Evolusi, Darwin, dan Cacing
18 October 2021Franz Wilhelm Junghuhn (26 Oktober 1809 – 24 April 1864) sudah memulai meneliti ilmu tentang kecocokan tanaman dikaitkan dengan ketinggian tempat dan atau iklim. Padi dan Tebu cocok dikembangkan pada daerah panas dataran rendah kurang dari 600 m dpl. Tembakau, kopi, kakao, teh, kina dan sayuran cocok ditanam pada daerah sedang sampai sejuk dengan kisaran ketinggian 600-2500 m dpl.
Sedangkan pada daerah dingin di atas 2.500 m dpl tidak cocok untuk tanaman budidaya (sumber: id.wikipedia.org). Pada jaman penjajahan Belanda juga sudah dimulai pengembangan tanaman perkebunan yang disesuaikan dengan kondisi geografi, khususnya memperhatikan ketinggian tempat dan iklim. Sepertinya ada kaitan erat rekomendasi penanaman saat itu dengan hasil penelitian di atas.
Warisan yang baik terkait kecocokan tanaman budidaya ini sepertinya kurang dilaksanakan secara konsisten oleh petani dan kebijakan pertanian saat ini. Banyak orang dengan alasan prospek ekonomi, sering latah memilih komoditas tertentu dan ditanam pada lokasi sembarang tempat. Beberapa komoditas yang cukup latah pada dua dasawarsa ini antara lain Jati Emas, Jabon, Jarak, dll.
Belum lagi kebijakan pengembangan pangan pokok dari “pajale” (padi, jagung, kedelai) yang ditanam secara sporadis di berbagai tempat. Kita mendambakan pengembangan komoditas sesuai dengan kecocokan lahannya atau spesifik lokasi. Sehingga terbentuk “one village one product” (satu desa satu komoditas), yang muaranya perlu didukung kebijakan sampai hilir berupa pasca panen dan pengolahan produk turunannya.
Kecocokan tanaman dapat kita pelajari secara sederhana, mudah dan praktis dengan Langkah berikut ini :
PERTAMA Kita memahami hakekat kehidupan tanaman dengan 4 kebutuhan esensialnya, yaitu bernafas (aerasi, nisbah ruang pori di media tanam), minum (irigasi, curah hujan dan air tanah), makan (nutrisi, unsur hara, pupuk) dan pengaru lingkungan (persaingan, gangguan). Semua tanaman membutuhkan hal ini.
KEDUA Kecocokan lahan dan lingkungan yang dikaitkan dengan kehidupan tamanan dapat didekati berdasarkan ketinggian tempat dan iklim. Ada tanaman dataran rendah di bawah 700 m dpl. Ada tanaman dataran tinggi kisaran 700-2500 m dpl. Pembagian iklim terdiri dari iklim basah (banyak curah hujan, tanah sering basah/lembab) dan iklim kering (jarang hujan, tanah mudah kering).
KETIGA Kita perlu memahami kecocokan tanaman sesuai informasi dari Junghuhn di atas. Selain itu juga perlu mencari rujukan pengelompokan tanaman berdasarkan nomor dua di atas, yaitu tanaman dataran rendah iklim kering dan atau iklim basah, tanaman dataran tinggi iklim kering dan atau iklim basah. Metode cepat ini sudah didapatkan hasil sementara S1 (cocok semua), S2 (salah satu tidak cocok) dan S3 (dua parameter tidak cocok).
KEEMPAT Hasil analisis ketiga di atas, perlu didetailkan lagi dengan data lapangan untuk menerjemahkan langkah yang pertama. Syarat bernafas dapat dideteksi dari tekstur atau tingkat kekasaran tanah. Makin kasar, makin tersedia udara di daerah perakaran. Syarat minum dapat dideteksi dari ketersediaan air di lokasi itu, apakah dari curah hujan yang tinggi, ketersediaan jaringan irigasi atau dekat dengan tubuh air, dan jarak muka air dari permukaan tanah. Kita katakan basah apabila ketersediaan air tinggi. Kering jika ketersediaan air rendah. Syarat makan bisa diukur dari ketebalan tanah (solum) dan pH tanah. Ketebalan lebih dari 1 meter dianggap paling ideal untuk mencukupi nutrisi tanaman. Demikian juga pH netral diasumsikan tersedia hara makro dan mikro secara proporsional. Tahapan analisis ini akan lebih mempertajam kelas kecocokan dan mengoreksi hasil sementara di Langkah sebelumnya.
KELIMA Kita perlu memperkuat dengan literasi dari aspek budidaya, misalnya informasi di lokasi tersebut tanaman bisa berbuah atau tidak. Ingat bahwa ada tanaman yang terbagi secara ideal pada dataran tinggi dan rendah, iklim basah dan kering. Tapi ada beberapa tanaman yang bisa hidup di berbagai tempat, seperti rerumputan, kelapa, dll. Tiap tanaman juga ada varietas beraneka, yang kadang ada untuk dataran tinggi, rendah, atau bisa pada semua ketinggian. Misalnya tanaman alpukat, jeruk, durian, dll.
Tahap kelima ini biasanya dilakukan finalnya pada paparan akhir, dimana pihak setempat ikut membantu mengoreksi sesuai fakta lapangan. Jika rekomendasi sebaran komoditas berdasarkan analisis kecocokan tanaman ini sudah dilakukkan, maka tahap terberat adapat penerapan di lapangan. Tahapan ini butuh dukungan dari pemangku kebijakan dari provinsi sampai desa/kelurahan. Para petani pun butuh yakin agar mereka mau menanam dan merawatnya.
Muhamad Kundarto