Tanah, Bahasa, dan Cara Pandang
24 May 2022Selamat dan Sukses
14 April 2023Kisah mata air mara atau spring of marah yang tertulis dalam Taurat menjadi cerita selingan bagi para mahasiswa ilmu tanah. Kisah itu tercatat dalam buku Principle of Soil Chemistry yang ditulis Kim H Tan. Buku itu ibarat ‘menu wajib’ bagi para mahasiswa ilmu tanah. Tan menulis cerita menarik yang dikutipnya dari buku yang lebih tua: Ion Exchange in Analytical Chemistry karya William Rieman dan Harold Walton. Keduanya profesor dalam bidang kimia. Mara dalam Bahasa Ibrani bermakna pahit.
Dalam Bahasa Inggris disebut marah. Diksi pahit di sini lebih mendekati rasa asin karena salinitas yang tinggi di area gurun. Mata air mara adalah lokasi yang disebut Taurat sebagai tempat persinggahan dalam perjalanan Bangsa Israel selama Eksodus. Bangsa Israel yang keluar dari perbudakan di Mesir berangkat melintasi padang gurun dipimpin Nabi Musa alias Moses.
Pada suatu jalur tertentu di Semenanjung Sinai mereka berjumpa dengan sumur yang airnya asin. Pengikut Musa lalu bertanya pada Musa sambil bersungut-sungut, “Apakah yang akan kami minum?” tanya mereka. Musa lalu melemparkan sepotong kayu lapuk ke dalam air yang salinitasnya tinggi. Ajaib potongan kayu itu membuat air asin berubah menjadi manis.
Dalam Taurat kisah itu menjadi salah satu mukjizat atau keajaiban Nabi Musa. Namun, William Rieman, Harold Walton, dan Kim H Tan menyebut kisah itu sebagai catatan sejarah tertua tentang reaksi pertukaran kation. Memang diperkirakan cerita itu terjadi pada tahun 3.000 B.C. Menurut Kim H Tan, sepertinya bagian kayu yang lapuk karena terdekomposisi menetralkan rasa asin. Reaksi yang terjadi ialah reaksi adsorpsi dan pertukaran kation. Rieman dan Walton menjelaskan lebih rinci.
Menurut keduanya kemungkinan rasa pahit cenderung asin itu disebabkan oleh kandungan epsom salt alias magnesium sulfat yang tinggi pada air. Epsom salt dijerap oleh selulosa yang memiliki gugus karboksil bermuatan negatif pada potongan kayu lapuk. Demikian pula kemudian deposit batuan kapur yang banyak di daerah gurun menetralkan sulphuric acid. Toh, Rieman dan Walton mengakui bahwa penjelasan itu masih bersifat kemungkinan.
Musababnya, Musa tidak menjelaskan mekanisme pada fenomena tersebut secara lebih rinci dalam Taurat maupun catatan lainnya. Namun, kisah tersebut dapat menjadi selingan yang menghibur para mahasiswa ilmu tanah yang sedang belajar reaksi adsorpsi dan pertukaran kation pada koloid tanah.*
Oleh : Destika Cahyana
sumber foto:
foto al-arabiya
https://www.islampos.com/inilah-foto-sumur-nabi-musa-mesir-disebutkan-al-quran-7036/